Cari Blog Ini

Kamis, 05 Januari 2012

Dapurku Surgaku





"Bingung, mau masak apa ya hari ini?" tanya seorang ibu rumah tangga pada tetangganya yang kebetulan dia temui ketika sedang berbelanja bareng di tukang sayur keliling komplek perumahan. Celetukan seperti ini tidak asing terdengar di antara ibu- ibu yang biasa bertemu di tukang sayur langganan mereka. Dan mereka yang sudah piawai masak akan dengan mudah menjawab pertanyaan seperti ini. Tapi bagaimana dengan ibu rumah tangga yang tidak pandai dalam masak- memasak?

Memasak sekilas aktivitas yang mudah dan dapat dilakoni oleh semua orang. Bahkan sekarang ini dunia memasak atau lebih dikenal dunia kuliner banyak melahirkan koki- koki handal dari kaum pria. Jadi memasak bukan monopoli kaum perempuan lagi. Tapi seorang ahli kuliner pun akan memerlukan penilaian dari orang lain untuk mencicipi masakannya. Maka tidak heran apabila karya seni memasak mendapat tempat tertinggi di antara karya seni lain.

Tapi untuk urusan dapur dan memasak dalam sebuah rumah tangga tetap menjadi tanggung jawab seorang istri. Meski bukan kewajiban dan keharusan seorang istri untuk memasak sendiri makanan yang akan dihidangkan untuk keluarganya. Karena sekarang ini banyak sekali jasa katering dan warung makan yang menawarkan berbagai menu pilihan menarik bagi ibu rumah tangga.Tapi alangkah beruntungnya apabila seorang istri bisa memenuhi perannya dengan memasak untuk keluarganya.Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. Penguasa adalah pemimpin, seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya, wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya. Jadi, setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya.” (HR. Bukhari)

Semua istri bisa memasak, itu pendapat saya. Saya belajar banyak di awal pernikahan saya tentang memasak. Ada cerita lucu sekaligus memalukan yang pernah saya alami waktu memasak. Di awal menjalani peran sebagai seorang istri, saya masih bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan BUMN. Tapi saya berusaha sebisa mungkin di tengah kesibukan kerja, saya selalu menyempatkan diri untuk memasak makan malam untuk suami. Suatu hari sepulang dari bekerja saya belanja ke pasar dan berencana untuk memasak ayam goreng dan ati ampela. Setelah membeli satu ekor ayam potong beserta ati ampelanya pulanglah saya menuju rumah. Dan mulailah saya dengan rasa kepercayaan diri yang tinggi "mengungkep" ayam dan ati ampela yang sudah saya bersihkan dengan memasukkan bumbu "kira-kira" dan "suka-suka saya". Hehehehe. Kemudia setelah bumbu meresap, ayam dan ati ampelanya saya goreng. Suami yang kebetulan juga sudah ada di rumah sudah tidak sabar menunggu masakan saya matang. Astagfirllah, kami tertawa terpingkal- pingkal ketika menicipi hasil masakannya. Ternyata saya tidak tahu sama sekali bahwa ketika membersihkan ampela ayam harus di buka dan dibelah dulu untuk mengeluarkan kotoran ayamnya. Saya tidak melakukannya sama sekali. MasyaAllah, alhasil makan malam kami pindah ke warung padang langganan. Karena hasil masakanku sudah berpindah ke hutan belakang rumah kami yang kebetulan banyak kucing liarnya. Bisa dipastikan para penghuni hutan berpesta ayam goreng buatan saya.

Dan pengalaman itu menjadi cambuk bagi saya untuk tidak meremehkan urusan memasak. Saya mulai belajar memasak sedikit demi sedikit. Dan karena saya menyukai kegiatan ini maka saya tidak merasa keberatan atau pun bosan. Apalagi ternyata saya menemukan kesenangan, dapat menyalurkan hobi dan dari hobi itulah bisa mendatangkan tambahan income untuk keluarga.Dan yang lebih penting lagi dengan keahlian masak yang kita miliki InsyaAllah akan membuat suami betah di rumah dan bisa menjadi bumbu perekat cinta suami kepada istrinya. Bahkan memasak untuk suami bisa menjadi ladang amal istri apabila diniatkan ibadah karena Allah. Karena salah satu ciri istri shalihah adalah memenuhi semua hal yang disukai suami selama tidak dalam hal maksiat.

Untuk memasak sendiri di rumah memang sedikit merepotkan. Karena ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan dari mulai berbelanja bahan sampai urusan masak selesai. Tapi InsyaAllah semua kerepotan dan jerih payah kita akan terasa nikmat ketika suami, anak- anak dan anggota keluarga yang lain dengan lahap menyantap hidangan yang sudah kita masak. Jadi, kenapa harus ditunda untuk belajar masak sendiri?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar