Cari Blog Ini

Minggu, 18 Desember 2011

IRT Tak Berpenghasilan? NO WAY!

"Ah cuma ibu rumah tangga aja kok. Nggak ada penghasilan," dengan malu-malu seorang ibu menjawab pertanyaan rekannya saat ditanya tentang aktivitas yang ditekuninya saat ini.

Ada yang salah dengan profesi ibu rumah tangga? IRT adalah profesi yang luar biasa mulia dan apakah dengan menjadi ibu rumah tangga menutup peluang meningkatkan potensi dan menghasilkan income? Lalu bagaimana seorang ibu dapat mengaktualisasikan dirinya dan mendapatkan penghasilan tambahan bagi keluarga tanpa harus meninggalkan rumah?

Tidak dapat dipungkiri, profesi ibu rumah tangga adalah profesi yang mulia dan memiliki tanggung jawab yang berat. Betapa tidak, beragam peran dan fungsi dapat dilakoni oleh seorang ibu rumah tangga. Di rumah ibu bisa bertindak sebagai pengasuh anak, psikolog, seorang juru rawat, manajer keuangan sekaligus koki bagi keluarganya. Maka dari itu Islam sangat menghargai dan menghormati profesi ini. Namun kebangggaan terhadap profesi ini semakin lengkap bila ibu rumah tanggga juga dapat mengoptimalkan dirinya untuk mencari penghasilan tambahan.

Dalam Islam seorang istri memang tidak diwajibkan untuk mencari nafkah, karena itu merupakan tugas pokok seorang suami. Tetapi akan lebih baik bila istri bisa membantu meringankan beban suami dengan memberikan penghasilan tambahan dan ini merupakan sebaik-baik sedekah istri terhadap suami dan keluarga. Tentu saja bernilai pahala.

Lantas bagaimana mengembangakan potensi ibu rumah tangga dan keahlian apa yang bisa kita poles menjadi sesuatu yang mendatangkan penghasilan tambahan? Tentu saja banyak sekali yang bisa digali dari hobi seorang ibu rumah tangga dan akhirnya bisa mendatangkan ide usaha. Dari mulai memasak, menjahit, menyulam, berdagang, menulis, berkebun dan sebagainya.

Setiap orang bisa mencari dam memupuk bakat sesuai dengan kecenderungan masing-masing. Dari memasak saja misalnya banyak peluang usaha di dalamnya antara lain: berdagang makanan, menerima pesanan kue-kue sampai membuka kursus memasak hingga  membuka konsultan resto dan masih banyak peluang lainnya.

Cobalah gali potensi kita. Kalau kita belum bisa mengenali potensi diri kita bercerminlah pada orang lain misalnya dari suami, teman dekat atau keluarga kita. Biasanya mereka akan memberikan penilaian obyektif, apa sih kekmampuan kita yang bisa dikembangkan.

Awal menemukan potensi dan mengasahnya mungkin terasa sulit, terutama bagi ibu rumah tangga yang hanya menjalankan tugas kerumahtanggaan saja. Apalagi ditambah dalih tidak mampu lagi mengasah kemampuan karena sibuk dengan urusan rumah tangga. Banyak wanita yang setelah menikah malah bersinar karena keahliannya lebih terasah, apalagi didukung support dari suami. Percayalah, apabila kita sudah berazzam untuk mencapai sesuatu, dengan pertolongan Allah dan usaha keras pasti semua menjadi lebih mudah.

Bila sudah menemukan keahlian yang bisa dikembangkan, terutama mana yang bisa dilakukan tetap di rumah. Mengapa harus di rumah? Hal itu kembali pada sisi idealis seorang IRT harus "dekat dengan rumah". Memang usaha yang dijalankan di rumah waktunya bisa lebih flesksibel, bisa sambil mengurus rumah, suami dan anak-anak.

Meskipun demikian, usaha rumahan tetap harus dijalankan secara profesional. Perlu diingat, bekerja di rumah tetap perlu tekad kuat dan keseriusan tersendiri. Bagaimana tidak, bekerja ataupun berbisnis di rumah tidak ada batas waktunya. Tidak ada jam kerja dan tidak punya bos yang menyuruh untuk segera menyelesaikannya. Jadi diperlukan komitmen yang kuat dari pribadi agar berhasil. Konsep bekerja di rumah juga dibutuhkan kedisiplinan dalam manajemen waktu, karena harus memisahkan kepentingan rumah dan pekerjaan sehingga perlu pengaturan waktu agar produktif.

Upaya lain yang bisa kita lakukan adalah dengan menanamkan pengertian kepada seluruh keluarga agar mendukung keberhasilan usaha ini. Dukungan seluruh anggota keluarga ini sangat penting bagi segi permodalan, tenaga dan support.

Dan yang terakhir yang perlu dipersiapkan adalah membuat sistem yang bisa dijalankan orang lain, sehingga suatu saat usaha tetap bisa dijalankan pegawai tanpa kehadiran sang pemilik. Pada tahapan ini income pasif sudah mampu diraih, sehingga ibu rumah tangga dapat lebih fokus untuk mengurus rumah tangganya. Enak bukan? Mari belajar bersama............^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar